PENGUATAN BUDAYA DAN REKONSILIASI STRATEGI MEMBANGUN PERSATUAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA WEHALI

Semua ide brillian dalam buku Penguatan Budaya dan Rekonsiliasi: Strategi Membangun Persatuan dalam Perspektif Budaya Wehali mempunyai nada dasar yang sama yakni, “Sembuh dari luka masa lalu sambil mencari titik temu”. Diharapkan, semua tulisan ini dapat memperkaya siapa saja yang ingin melihat “Relasi Timor Indonesia dan Timor-Leste”.

Di antara kita mungkin muncul pertanyaan, “Bagaimana mungkin berbeda bendera tetapi sama budayanya?” Dengan membaca buku ini, pertanyaan tersebut akan terjawab. Kita tidak akan berani mengatakan dalam perspektif iman bahwa “Perbedaan ini adalah takdir Tuhan,” tetapi mungkin lebih tepat jika dikatakan, “Perbedaan ini adalah takdir sejarah dan politik.”

Adapun realitas fundamental yang menjadi tumpuan untuk mengusung keluar semua konsep jenius yang tertuang dalam buku ini karena adanya pengharapan yang sama yaitu: Mencari Titik Temu sebagai plester untuk menyembuhkan semua kisah silam yang menggetirkan, yang dapat membangkitkan rasa dendam. Kisah-kisah penuh duka-lara, dendam-kesumat, dan jatuh-bangun pada masa lalu yang sungguh meremukkan. “Kerinduan mendalam” untuk mencari titik temu ini perlu diupayakan agar dapat kembali merajut persaudaraan dan kekeluargaan yang sempat luka, tetapi tetap terbingkai dalam budaya dan kearifan lokal yang sama.

Sunggguh tidaklah mudah untuk merekonstruksi sebuah realitas remuk pada masa lalu menjadi realitas kuratif dan konstruktif pada masa sekarang. Ini hanya terjadi jika ada “Kesadaran moral dan iman untuk saling memaafkan dan mengampuni” sebagai therapy ampuh, seperti yang dikatakan oleh Lewis B. Smedes: “Memaafkan adalah kekuatan yang membebaskan.” Titik temu ini akan memudahkan untuk membangun harapan bersama yang telah diwarnai dengan daya rekonsiliatif dan kuratif sehingga ada optimisme dan keberanian untuk menyongsong masa depan yang baik, aman, damai, dan cemerlang.