No Image Available

Kitab-Kitab Deuterokanonika: Terjemahan Baru – Dengan Pengantar dan Catatan

 Pengarang: Lembaga Biblika Indonesia  Penerbitan: KEP  Terbit: 2023  Halaman: 368  Bahasa: Indonesia
 Sinopsis:
Kitab-kitab Deuterokanonika sudah dikenal oleh umat Kristen sejak abad pertama. Ditengah koleksi kitab-kitab umat Yahudi Perantauan itu terdapat belasan kitab yang sekarang tidak kita temukan dalam Alkitab Ibrani. Belasan kitab itu ditulis oleh orang Yahudi pada beberapa abad terakhir sebelum Masehi; kebanyakan aslinya dalam bahasa Ibrani atau Aram dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani lalu ikut terkumpul dalam Septuaginta. Pada masa itu umat Kristen di luar Palestina sudah lazim menggunakan Kitab Suci Yunani Septuaginta, termasuk Kitab Tobit, Yudit, Tambahan Ester, 1Makabe, 2Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, SuratYeremia, dan Tambahan Daniel, yang sekarang kita sebutkan ‘Deuterokanonika’. Istilah itu berasal dari abad ke-16.
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis pada abad pertama Masehi, tidak ditemukan kutipan langsung dari Deuterokanonika, seperti juga tidak dari beberapa kitab Perjanjian Lama lainnya. Akan tetapi, ada ayat-ayat PB yang memuat gagasan atau memakai ungkapan dari kitab-kitab Deuterokanonika yang menunjukkan bahwa penulis-penulis Injil atau surat Perjanjian Baru mengenal dan membacakan kitab Deuterokanonika itu.
Sejak akhir abad ke-2, tokoh-tokoh Kristen mempertanyakan apakah kitab-kitab Deuterokanonika itu termasuk Kitab Suci sebab tak ditemukan dalam Alkitab Ibrani. Karena itu, Gereja Latin akhirnya mengambil sikap dan membuat keputusan. Momen sangat penting dalam proses itu adalah Konsili Roma(382M) dengan dekretnya tentang Kitab Suci, dilengkapi dengan daftar nama kitab yang menyebut juga semua kitab Deuterokanonika, kecuali Barukh.
Paus Damasus menghendaki terjemahan kitab-kitab Deuterokanonika yang selama itu turut dibaca dalam ibadat dan dikutip dalam pengajaran Gereja Latin, tetap menjadi bagian dari Kitab Suci Latin. Kitab Suci yang revisinya dikerjakan oleh Hieronimus itu kemudian dikenal dengan nama Vulgata karena dipakai secara luas dan umum di Gereja Latin sepanjang Abad Pertengahan. Beberapa teolog yang dari waktu ke waktu mempertanyakan sifat kanonik kitab-kitab Deuterokanonika, dalam tulisan-tulisan mereka ada kalanya mengutipnya dengan cara yang sama seperti kitab-kitab suci lainnya.
Konsili-konsili Gereja Katolik Roma berikutnya, yakni Florence (1442), Trente (1546), Vatikan I (1870), dan Vatikan II (1963), secara konsisten mengukuhkan status kanonik tujuh kitab Deuterokanonika serta tambahan pada Kitab Ester dan Daniel. Singkat kata, kitab-kitab itu dinilai kanonik karena sejak awal terus digunakan dan ikut membentuk identitas liturgi, pengajaran, dan praktik iman Gereja. Pada abad ke-16, gereja-gereja Reformasi memilih untuk kembali ke kanon Alkitab Ibrani. Gereja dan aliran Kristen bukan Katolik Roma dan bukan Ortodoks Timur, memandang kitab-kitab Deuterokanonika sebagai Apokrifa. Namun, bagi semua pihak, kitab-kitab ini merupakan koleksi sastra Yahudi yang sangat berharga sebab banyak membantu memahami Perjanjian Baru.
Oleh karena itu, kepada umat Katolik dan pencinta Alkitab, kami mengucapkan selamat membaca dan mengkaji teks-teks terjemahan ini bersama pengantar dan catatan. Doa dan harapan kami agar terbitan khusus ini dapat menjadi berkat bagi setiap pembaca Alkitab yang ingin menggali lebih dalam firman TUHAN dan menemukan inspirasi dalam penziarahannya menuju kehidupan kekal bersama TUHAN. Tuhan memberkati.

 Kembali