
Seni dan Kondisi Post-Human
Pengarang: Bambang Sugiharto, dkk. Penerbitan: Umum Terbit: 2024 Halaman: 312 Bahasa: Indonesia More DetailsSeni adalah sebuah ironi: ia dikagumi dan dicintai, tetapi dalam kehidupan kerap kali tidak dianggap sungguh berarti. Di negara-negara berkembang, itu lebih terasa lagi. Masalahnya, fenomena yang disebut “seni” itu umumnya memang tidak disadari dan tidak cukup dipahami. Ia adalah pesona yang asing dan ganjil, tetapi juga demikian dekat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Buku ini adalah cerita tentang posisi seni hari ini. Seni adalah suatu fenomena yang kompleks. Ia berkembang dan berubah bersama dinamika zaman. Seni memang bukan sains ataupun teknologi, tetapi ia menginspirasi sains dan teknologi, dan setiap kali membentur, keduanya kembali ke nurani manusiawi. Hal yang terakhir itulah terutama buku ini: dalam situasi “post-human”, ketika sains dan teknologi makin menguasai dan mengendalikan kehidupan manusia, seni sebetulnya selalu berperan menjaga kemanusiaan kita dengan berbagai cara.
Buku ini penting bagi semua pihak yang kiprahnya berkaitan dengan seni, juga bagi mereka yang hendak memahami seni secara lebih mendalam.Jika kita mau menganalisis paham “profesi”, pertama-tama yang bisa disetujui adalah bahwa profesi termasuk kategori pekerjaan atau okupasi (occupation). Okupasi berarti pekerjaan sehari-hari yang menyibukkan seseorang. Vokasi (vocation; Jerman: Beruf; Belanda: beroep) mempunyai arti yang sama, hanya di sini konotasi “untuk mencari nafkah hidup” barangkali lebih jelas. Okupasi dalam hal ini agak netral sehingga hanya menunjuk kepada kesibukan tanpa memperhatikan tujuannya. Pendidikan vokasional adalah pendidikan yang berhubungan dengan bidang kejuruan. Oleh karena itu jika kita mencari tahu apa itu profesi, kita sebenarnya hanya mencari kekhususan profesi terhadap okupasi atau vokasi pada umumnya. Dengan kata lain, kita mencari tahu perbedaan antara profesi dan okupasi atau vokasi biasa.
Kembali